Sejarah Singkat Peran Mahasiswa dalam Politik Indonesia
pbhmi – Sejarah politik Indonesia tidak dapat dipisahkan dari peran mahasiswa. Dari masa kolonial hingga era reformasi, mahasiswa telah menjadi motor perubahan sosial-politik, penjaga nurani bangsa, dan penggerak kesadaran rakyat. Posisi mereka yang berada di persimpangan antara pengetahuan dan idealisme menjadikan mahasiswa aktor penting dalam proses transformasi demokrasi Indonesia.
Berikut ini adalah ringkasan perjalanan sejarah dan peran politik mahasiswa Indonesia yang menegaskan bahwa kampus bukan hanya tempat belajar, tetapi juga ruang lahirnya kesadaran politik kolektif.
1. Era Pergerakan Nasional: Awal Keterlibatan Politik Mahasiswa (1908–1945)
Peran politik mahasiswa di Indonesia dimulai sejak masa pergerakan nasional. Organisasi pemuda dan pelajar menjadi wadah pertama pembentukan kesadaran nasional, seperti:
- Boedi Oetomo (1908): didirikan oleh mahasiswa STOVIA (Sekolah Kedokteran di Batavia), menandai kebangkitan nasionalisme terpelajar.
- Perhimpunan Indonesia (PI): organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda, yang memperjuangkan kemerdekaan lewat diplomasi internasional.
- Sumpah Pemuda (1928): momen sejarah yang diprakarsai oleh pemuda-mahasiswa dari berbagai daerah, menegaskan identitas bangsa Indonesia sebagai satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa.
Di masa ini, mahasiswa berperan sebagai pelopor identitas nasional dan ide kemerdekaan.
2. Masa Kemerdekaan dan Orde Lama (1945–1965): Mahasiswa sebagai Penjaga Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan, mahasiswa tidak tinggal diam. Mereka turut:
- Menghadapi agresi militer Belanda dalam masa revolusi fisik,
- Menyuarakan kritik terhadap pemerintahan Soekarno yang dianggap semakin otoriter melalui Gerakan Mahasiswa 1965, yang kemudian turut mendesak pembubaran PKI.
Organisasi seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) menjadi tokoh penting dalam politik kampus dan nasional.
Namun, peran mahasiswa juga mulai dimanfaatkan oleh elite militer dan politik, menandai awal keterbelahan gerakan mahasiswa ke dalam poros-poros ideologis.
3. Era Orde Baru (1966–1998): Mahasiswa sebagai Oposisi Kekuasaan
Pada masa Soeharto, mahasiswa menjadi salah satu kekuatan kritis yang paling vokal terhadap pemerintahan Orde Baru yang otoriter dan militeristik.
Beberapa tonggak penting:
- Malari (Malapetaka Lima Belas Januari) 1974: demonstrasi besar mahasiswa di Jakarta menolak dominasi modal asing dan korupsi.
- Petisi 50 dan Surat Protes Mahasiswa: menjadi simbol resistensi terhadap pembungkaman kebebasan sipil.
- Pencabutan NKK/BKK (1980-an): kebijakan rezim Soeharto yang membungkam organisasi mahasiswa kampus. Meskipun begitu, mahasiswa tetap bergerak melalui jalur nonformal seperti diskusi bawah tanah dan LSM.
Peran mahasiswa sebagai “oposisi moral” terhadap penguasa kian menguat—dan berpuncak pada gerakan Reformasi 1998.
4. Reformasi 1998: Titik Balik Perubahan Politik Indonesia
Gerakan mahasiswa di tahun 1998 menjadi puncak peran politik mahasiswa dalam sejarah Indonesia modern. Aksi besar-besaran terjadi di berbagai kota—terutama Jakarta, Yogyakarta, Bandung, dan Surabaya.
Tuntutan utama:
- Turunkan Soeharto,
- Tegakkan reformasi politik,
- Hapus KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme),
- Reformasi sistem hukum dan HAM.
Puncaknya, pada 21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri setelah 32 tahun berkuasa, berkat tekanan rakyat yang dimotori mahasiswa. Inilah salah satu momen paling monumental dalam sejarah demokrasi Indonesia.
5. Pasca-Reformasi: Mahasiswa dalam Dinamika Demokrasi
Setelah reformasi, ruang demokrasi semakin terbuka. Namun, peran mahasiswa mulai mengalami pergeseran:
- Aksi mahasiswa tetap ada, seperti penolakan UU KPK (2019), demonstrasi Omnibus Law (2020), dan gerakan pro-demokrasi lokal.
- Namun, fragmentasi gerakan mahasiswa meningkat karena perbedaan ideologi, kepentingan organisasi, dan infiltrasi politik praktis.
- Sebagian mahasiswa terjebak dalam apatisme politik, sementara lainnya mulai berkecimpung langsung dalam politik elektoral.
Meski begitu, mahasiswa masih memiliki kekuatan moral dan intelektual untuk mengawal demokrasi, jika mampu membangun konsolidasi dan menjaga integritas gerakannya.
6. Refleksi: Apa yang Bisa Dipelajari?
Sejarah peran mahasiswa mengajarkan bahwa:
- Mahasiswa punya posisi unik sebagai jembatan antara rakyat dan elite,
- Perubahan politik besar di Indonesia selalu diawali atau diperkuat oleh gerakan mahasiswa,
- Namun, tantangan internal seperti pragmatisme, polarisasi, dan kurangnya kaderisasi harus diatasi agar peran mereka tetap relevan.
Mahasiswa harus sadar bahwa politik bukan hanya soal kekuasaan, tetapi soal memperjuangkan nilai dan keadilan. Dalam sistem demokrasi, mereka bisa dan harus menjadi penggerak perubahan berbasis gagasan dan kebajikan.
Sejarah mencatat bahwa mahasiswa bukan hanya saksi, tapi pelaku utama dalam perjalanan politik Indonesia. Dari Sumpah Pemuda hingga Reformasi 1998, dari gerakan protes hingga advokasi kebijakan, mahasiswa selalu menjadi bagian penting dari denyut demokrasi negeri ini.
Hari ini, tantangan dan bentuk perjuangan mungkin berubah, tapi roh kritis dan keberanian mahasiswa tidak boleh padam. Karena demokrasi tanpa mahasiswa yang sadar, kritis, dan peduli, hanyalah prosedur tanpa suara nurani.